Wednesday, May 16, 2012

Anak Rakus, Peri dan Perumpamaan Balon

Gambar: Getty Images


Di sebuah kota, terdapat seorang anak laki-laki yang rakus. Dia selalu merasa tidak cukup dengan apa yang dimakannya, meskipun sebenarnya perutnya sudah terasa begitu penuh karena kekenyangan. Anak ini selalu berusaha untuk menambah jatah makanannya dengan mengambil sebagian makanan dari orang lain. Dia terus makan dan makan tanpa mempedulikan perutnya yang terasa sesak.

Suatu hari, seluruh anak di kota itu diundang ke festival para peri. Konon di negeri para peri, anak-anak bisa tidur di atas awan yang putih dan lembut, serta bermain bersama hewan-hewan ajaib. Bahkan di sana terdapat istana yang terbuat dari permen dan coklat tempat anak-anak bisa mengambil makanan manis secukupnya untuk dibawa pulang seusai festival.

Sesuai dengan peraturan festival, anak-anak akan dijemput oleh para peri di balai kota. Masing-masing anak akan mendapat satu peri sebagai pendamping, dan peri pendamping inilah yang akan membawa mereka terbang ke negeri ajaib. Hari yang ditunggu-tunggu semua anak di kota itu pun tiba. Anak-anak yang antusias dan para orang tua sudah menunggu di balai kota menunggu kedatangan para peri, termasuk si anak rakus.

Peri-peri datang beterbangan di atas mereka dan segera mendarat di sebelah anak yang akan dia terbangkan. Meskipun ukurannya kecil, peri-peri ini mampu mengangkat beban tubuh seorang anak dengan berat badan normal. Satu per satu anak terbang bersama peri-peri mereka. Namun, kesulitan dialami oleh peri yang bertugas menerbangkan si anak rakus. Karena terlalu banyak makan, si anak rakus memiliki berat badan di atas berat badan normal anak-anak. Peri itu pun tidak sanggup menerbangkan si anak rakus. Dengan sedih, peri itu meminta maaf kepada si anak rakus karena tidak bisa membawanya pergi ke festival di dunia ajaib.

Melihat si anak yang bersedih, peri itu menawarkan untuk menemaninya bermain di kota karena teman-temannya tidak ada yang berada di kota itu untuk bermain. Si anak setuju dan mereka bermain di belakang rumah si anak. Saat itu, ibu si anak menyediakan makanan untuk si anak dan si peri. Si anak segera menghabiskan makanannya yang banyak, dan meskipun perutnya sudah sesak dan kekenyangan, dia mengambil jatah makanan si peri. Si peri mencoba menasihatinya untuk tidak makan secukupnya saja karena makan berlebihan bisa membuat perutnya sakit, namun si anak tidak peduli.

Akhirnya si peri mengeluarkan dua balon dati tas ajaibnya. Dia menunjukkan kepada si anak bahwa perut anak itu bisa jadi seperti salah satu balon ini. Balon pertama diberinya udara yang cukup dan mengembang sempurna. Sedangkan balon kedua diberinya udara yang berlebihan. Balon itu terus membesar dan membesar.

“Sudah cukup peri, sudah ada banyak udara di dalam balon itu.” Kata si anak.

“Nah, seperti perutmu yang sudah kenyang kan? Apa yang terjadi jika aku terus menambahkan udara ke balon ini?” Tanya peri.

“Balonnya bisa meletus.” Jawab si anak. “Apakah perutku akan meletus karena kebanyakan makan?” Tanya si anak.

“Tidak akan sampai meletus, tapi akan terasa sakit seperti ada balon yang meletus di dalam perutmu.” Jelas peri. “Nah apa kau mau perutmu sakit?” Tanya peri.

Si anak menggeleng.

“Kalau begitu, makanlah secukupnya. Jangan paksa perutmu untuk terus makan kalau sudah merasa kenyang.” Si peri menasihati.

“Kalau aku makan secukupnya, apakah tahun depan kau bisa membawaku terbang ke festival peri?” Tanya si anak.

“Tentu saja, asal kau berjanji untuk tidak makan berlebihan mulai sekarang. Tahun depan aku akan menjemputmu. Jika kau lebih ringan, aku bisa membawamu terbang ke festival peri di negeri ajaib.” Jawab si peri.

Sejak saat itu, si anak berjanji untuk tidak rakus lagi. Dia makan secukupnya dan tidak memaksa perutnya lagi untuk menampung makanan berlebihan. Dia berusaha keras agar tahun depan dia bisa bermain di festival peri di negeri ajaib bersama teman-temannya.

***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.

No comments:

Post a Comment