Gambar: Getty Images
Roku dan Ruka adalah saudara kembar anak sepasang petani sederhana. Karena bukan petani kaya yang bisa membayar orang untuk mengurus lahan dan ternaknya, orang tua Roku dan Ruka sering kewalahan. Roku dan Ruka sedih melihat orang tuanya yang seringkali pulang dengan kelelahan karena mengurus semuanya sendiri. Akhirnya, Roku dan Ruka menawarkan diri untuk membantu orang tuanya. Meskipun orang tuanya menolak dengan halus karena mereka ingin anak-anaknya punya cukup waktu untuk bermain, Roku dan Ruka tetap meminta pekerjaan ringan yang dapat mereka lakukan sambil bermain. Orang tuanya pun akhirnya setuju.
Tugas pertama yang diberikan oleh orang tuanya adalah menggembala biri-biri. Kedua anak kembar itu dengan senang hati berlarian menggiring biri-biri ke padang rumput. Sambil menunggu biri-birinya makan, mereka menggambar kotak-kotak di tanah dan melompat-lompat dengan satu kaki di setiap kotak. Mereka sangat menikmatinya karena tanah di padang rumput jauh lebih empuk daripada tanah di taman bermain, sehingga kaki mereka tidak akan sakit meskipun bermain tanpa alas kaki. Selain itu, jika terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, kulit mereka tidak akan lecet. Saat sore hari, mereka dengan senang hati berlarian menggiring biri-biri kembali ke kandangnya. Tugas hari itu terpenuhi dan mereka juga bisa bermain dengan puas. Mereka sangat senang bisa membantu orang tuanya dan meminta tugas lain untuk hari berikutnya.
Tugas kedua yang diberikan orang tua mereka adalah menjemur biji beras hingga kering agar mudah digiling. Mereka pun berangkat lagi ke padang rumput dan mulai menghamparkan kain yang sangat lebar untuk menjemur biji beras. Kali ini mereka tidak bisa bermain dengan tanah lagi karena hampir tidak ada tempat yang cukup luas untuk melompat-lompat. Mereka justru harus sering melihat ke atas agar siap mengusir burung-burung nakal yang datang mendekat untuk mengambil biji-biji beras itu. Akhirnya mereka berbaring di tengah-tengah hamparan biji padi dan mengarahkan pandangan ke atas. Saat mulai bosan, tiba-tiba Roku menunjuk sebuah awan sambil berteriak girang.
"Lihat awan itu seperti biri-biri!" katanya senang.
"Ah benar juga, kalau yang itu seperti kelinci. Lucu sekali." sambung Roku.
Seharian itu, mereka pun bermain tebak-tebakan awan sambil sesekali menghalau burung yang terbang mendekat di atas mereka. Hingga sore hari tiba, tugas itu bisa mereka selesaikan dengan baik dan mereka tetap bisa bersenang-senang. Mereka ingin membantu lebih banyak lagi dan meminta tugas lain kepada orang tuanya.
Tugas ketiga yang diberikan adalah membantu orang tua mereka untuk memanen semangka dan labu. Dengan senang hati mereka berangkat keesokan harinya bersama orang tuanya. Mereka selalu suka hari panen. Saat panen selesai, mereka bisa menikmati masing-masing satu buah semangka yang segar. Seperti biasanya mereka menjadikan kulit semangka sebagai mobil-mobilan yang dapat ditarik ke sana ke mari. Panen hari itu selesai lebih cepat sehingga Roku dan Ruka bisa bermain di taman dengan membawa mobil-mobilan dari kulit semangka. Mereka berlari senang sambil balapan ke taman, namun apa yang mereka lihat di taman kemudian menghilangkan kebahagiaan mereka.
Anak-anak di taman tengah bermain dengan mobil-mobilan besar yang muat untuk dinaiki. Sedangkan mobil-mobilan milik mereka hanya terbuat dari kulit semangka dan sangat kecil, bahkan lebih kecil dari kakinya. Anak-anak di taman mengejek mereka berdua dan mereka pun pulang dengan bersedih, namun tak berani meminta mobil-mobilan kepada orang tuanya. Mereka tau orang tuanya tidak memiliki cukup banyak uang untuk membeli mainan mahal, dan mereka tak mau merengek-rengek manja kepada orang tuanya.
Ibu peri yang melihat kebaikan hati si kembar ini memutuskan untuk memberikan hadiah kepada mereka. Suatu pagi saat kedua anak itu menyiram benih semangka yang baru ditebar, ibu peri menghadiahkan biji semangka dan biji labu. Ibu peri meminta mereka untuk menanam dan menyiramnya. Mereka pun menuruti perintah ibu peri, dan kaget dengan keajaiban yang muncul setelah mereka menyiram biji itu. Dengan segera tunas-tunas berwarna hijau muda muncul dari biji-biji itu. Tunas itu tumbuh cepat menjadi sulur, lalu sulur itu dengan cepat berbunga, dan bunga itu dengan cepat berubah menjadi semangka dan labu yang sangat besar, bahkan muat untuk ana-anak itu masuk ke dalamnya.
Dengan senyum yang lebut, ibu peri lalu mengayunkan tongkatnya dan mengubah buah-buah raksasa itu menjadi mobil-mobilan. Roku dan Ruka terngaga tak percaya. Ibu peri kemudian berkata bahwa itu adalah hadiah bagi mereka berdua. Hadiah terindah bagi anak-anak yang rajin membantu orang tuanya dangan tulus, tanpa meminta imbalan apapun.
***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terimakasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.
No comments:
Post a Comment