Saturday, May 5, 2012
Gadis Berhati Emas
Gambar: Getty Images
Suatu malam, Robin si pemburu berjalan di pinggir hutan untuk memulai perburuan malam itu. Tapi saat hendak memasuki hutan, dia mendengar keributan dari sebuah pondok reot di pinggir hutan. Dari suaranya, sepertinya di dalam pondok itu terdapat tiga perempuan dan satu laki-laki. Sepertinya seorang suami istri dan kedua anaknya.
Mereka saling adu mulut. Tiga orang melawan satu orang perempuan muda. Setelah mendengarkan cukup lama, Robin mulai mengerti asal muasal keributan tersebut. Sebelumnya, saat mengunjungi festival desa, salah satu anak perempuan yang dipanggil Peoni menemukan sebuah dompet antik berukirkan lambang kerajaan. Peoni membukanya dan melihat isinya penuh dengan koin emas. Peoni pun membawanya pulang dan berniat mengantarkannya ke kerajaan esok hari.
Sesampainya di rumah, keluarganya melihat dia membawa dompet antik nan sangat indah. Ibu dan kakak perempuannya segera menghampiri dan merebut dompet itu dari tangan Peoni. Peoni berteriak, jangan, ini bukan milikku. Tentu saja ini bukan milikmu, ini akan jadi milikku, begitu ujar saudarinya. Dan isinya akan menjadi milikku, begitu ujar ibunya. Peoni pun mengadukan hal ini kepada ayahnya. Ayahnya yang hanya seorang tukang kayu sangat senang begitu melihat isi dompet antik itu. Dia menenangkan anggota keluarganya, dan mengajukan diri untuk mengelola uang itu. Istrinya setuju asal dibelikan perhiasan. Anak sulungnya setuju asalkan dibelikan baju-baju yang cantik. Dan Si Tukang Kayu berencana membeli rumah mewah di desa. Dia tidak betah tinggal di pinggir hutan dan harus menjaga keluarganya sepanjang waktu dari binatang buas.
Saat ditanya Peoni menginginkan apa, dia menolak. Peoni juga merebut kembali tas antik itu dan mengutarakan niatnya untuk mengembalikan tas itu ke kerajaan. Hal inilah yang menjadi keributan di pondok reot itu. Karena semua orang tidak setuju, Peoni tiba-tiba berlari keluar rumah sambil membawa dompet itu. Ibunya berteriak kepada ayahnya untuk mengejar Peoni. Peoni terus berlari sambil menghindari jangkauan tangan ayahnya yang ingin menangkapnya. Saat melihatnya hampir tertangkap, Robin memutuskan untuk membantu Peoni, karena ia tahu niat Peoni baik. Robin segera menarik tangan Peoni waktu dia melewatinya, membawanya bersembunyi di balik semak. Setelah menenangkan Peoni agar dia tidak berisik, Robin mengecek apakah keadaan telah aman. Namun sang ayah masih mencari-cari Peoni di sekitar tempat persembunyian itu.
Beberapa menit berlalu, sang ayah yang mulai kelelahan akhirnya menyerah dan pulang. Setelah keadaan aman, Robin dan Peoni keluar dari tempat persembunyiannya. Robin pun menawarkan kepada Peoni untuk mengantarkannya mengembalikan dompet antik itu ke kerajaan.
Robin mengajak Peoni ke tempat kudanya diikat di dekat jalan masuk hutan. Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan ke kerajaan dengan menunggangi kuda hitam milik Robin.
Sesampai di kerajaan, Robin dan Peoni disambut dengan sopan oleh para penjaga dan pelayan kerajaan. Peoni begitu heran karena orang-orang membungkuk saat mereka lewat. Setelah masuk ke istana, Peoni melihat Sang Ratu telah menunggu di dalam. Dia begitu gembira melihat tas antik miliknya yang dipegang erat oleh Peoni.
"Tas antikku telah kau temukan. Kerja yang bagus anakku!" kata Ratu kepada Robin.
Robin pun membungkuk menerima pujian itu. Peoni yang berdiri di sebelahnya kaget bukan main mengetahui Robin adalah pangeran, dia merasa canggung dan akhirnya membungkuk memberi hormat.
"Dan siapakah gadih cantik ini?" tanya Ratu.
"Dia gadis jujur yang menemukan tas antikmu yang Mulia. Dia melindungi barang milikmu dan berjuang untuk mengembalikannya padamu karena merasa barang ini bukanlah haknya." jawab Robin.
"Oh, sungguh mulia hatimu anak muda. Imbalan apa yang kau inginkan?" tanya Ratu kepada Peoni.
"Hamba tidak mengharapkan imbalan apa-apa yang mulia. Hamba melakukan ini karena inilah yang benar." jawab Peoni rendah hati.
Mendengar jawaban Peoni, Robin jatuh merasa jatuh cinta. Bukan hanya pada kecantikan Peoni, tapi juga kemuliaan hatinya. Setelah meminta persetujuan Peoni dan Ratu, Robin pun menikahi Peoni dan menjadikannya Puteri di kerajaan. Berita ini tentu mengagetkan keluarga Peoni yang menyesal karena kerakusan mereka, mereka tidak mendapatkan imbalan apa-apa.
Namun, sehari kemudian, datang utusan kerajaan ke pondok reot mereka. Peoni, dengan persetujuan Robin dan Ratu menghadiahkan rumah yang layak di dekat kerajaan kepada keluarganya agar mereka mendapatkan hidup yang lebih baik. Meskipun pada awalnya keluarganya tidak mendukung Peoni, dia tetap sayang dan tidak melupakan keluarganya saat dirinya mendapatkan kebahagian. Peoni benar-benar gadis berhati emas.
***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment