Thursday, May 31, 2012

Katak Emas

Gambar: Getty Images

Pada awalnya, di rawa-rawa di kedalaman hutan, tidak pernah ada katak berwarna emas. Katak-katak yang tinggal di sana semuanya berwarna hijau, sehijau rawa-rawa tempat mereka tinggal, agar mudah bersembunyi dan menangkap nyamuk-nyamuk makanan mereka setiap hari. Suatu ketika ada seekor katak yang tak sengaja melihat seekor kunang-kunang terbang di atas rawa. Dia sangat terpesona dengan pendar cahaya kunang-kunang yang indah. Dia pun mendekati kunang-kunang itu.

"Hai" ucap katak.

"Astaga!!" teriak kunang-kunang yang kaget dan ketakutan akan di makan. Dia terbang menjauh.

"Tidak, tidak, jangan pergi. Kumohon. Aku tak akan memakanmu, aku hanya ingin mengagumi keindahan cahayamu." rayu katak.

"Benarkah?" tanya kunang-kunang ragu.

"Ya benar. Kau adalah makhluk terindah yang pernah aku lihat. Aku jadi ingin melihat kau dan teman-temanmu melayang bersama-sama di atas rawa ini. Pasti akan seindah bintang di langit, hanya saja terasa lebih dekat. Maukah kau mengajak teman-temanmu ke sini? Aku mohon aku ingin sekali melihat kalian berkelap kelip di atas rawa." pinta katak.

"Mereka pasti takut kau akan memakan kami. Mereka tidak akan mau datang." jawab kunang-kunang.

"Tolonglah, aku berjanji tidak akan memakan kalian. Kalian sangat indah untuk dilihat, bukan dimakan. Percayalah padaku, kita akan menjadi teman yang baik. Ya?" bujuk si katak lagi.

Akhirnya kunang-kunang itu setuju. Dia pergi dari rawa itu dan segera kembali dengan teman-temannya. Mereka melayang-layang di atas rawa yang gelap dan cahayanya sangat indah. Katak itu begitu bahagia dan sampai menangis terharu. Dia berterima kasih kepada kawannya, si kunang-kunang karena telah memberikan kesempatan baginya untuk melihat hal yang paling indah di dunianya.

Katak menikmati pertunjukan alam yang indah itu hingga larut malam dan perutnya berbunyi kelaparan. Rasa lapar yang amat sangat akhirnya menguasai pikirannya. Awalnya dia tak mau menuruti nafsunya untuk memakan kunang-kunang, tapi kemudian dia tak tahan lagi. Dengan cepat dia menyambar kunang-kunang yang paling dekat dengan menggunakan lidahnya. Hanya mencicipi sedikit saja, pikirnya. Namun ternyata kunang-kunang adalah makanan terenak yang pernah ia makan, jauh lebih enak dari nyamuk.

Katak itu pun melanjutkan kejahatannya. Dia memakan kunang-kunang satu per satu, menghiraukan teriakan dan larangan kawannya si kunang-kunang kecil. Hingga akhirnya hanya tersisa satu kunang-kunang di rawa itu, yaitu kawannya sendiri.

"Kau berbohong, kau telah berjanji tidak akan memakan kami." protes kunang-kunang sambil menangis.

"Mana kutahu kalian tidak hanya indah dipandang, tapi juga sangat lezat untuk disantap. Setelah mencicipi satu, ternyata aku sangat suka." seringai si katak sambil menyambar kunang-kunang terakhir dan menelannya. Si katak yang kekenyangan menepuk-nepuk perutnya yang gendut, dan dia kaget saat melihat warna kulitnya berubah menjadi kuning keemasan. Terang seperti kunang-kunang yang telah dimakannya.

Sejak saat itu warna katak itu tak lagi hijau, tapi kuning keemasan. Hal ini membuatnya sulit bertahan di tengah rawa-rawa hijau karena dia menjadi sulit bersembunyi untuk menangkap nyamuk-nyamuk. Dia pun akhirnya kelaparan, badannya semakin kurus dan dia meninggal akibat kerakusan dan kebohongannya sendiri.

***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terimakasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.

No comments:

Post a Comment