Thursday, May 17, 2012

Cinta Terbesar

Gambar: Getty Images

Ini bukanlah kisah tentang putri sejati yang menemukan pangerannya. Bukan pula tentang gadis teraniaya yang akhirnya mendapatkan cinta dari seorang pangeran yang didambakan setiap gadis. Tapi, ini adalah kisah seekor induk kucing yang sangat mencintai anak-anaknya.

Dahulu kala, para penyihir bisa dipastikan memiliki seekor kucing berbulu hitam. Kucing-kucing itu selalu berada di sisi para penyihir untuk membantu mereka melakukan kejahatan. Mereka dengan senang hati menjadi pembantu para penyihir dan ikut tertawa di atas penderitaan orang-orang yang merana akibat ulah sang penyihir. Namun, ada satu kucing yang berbeda.

Kucing betina itu sedang hamil tua dan siap melahirkan anak-anaknya. Saat itu dia berpikir bahwa anaknya harus memiliki kehidupan yang lebih baik darinya. Anak-anaknya tidak boleh menjadi peliharaan penyihir jahat dan harus mengabdikan diri untuk kejahatan. Karena itu, kucing ini berniat kabur dari pemiliknya, seorang penyihir tua yang keji. Di malam yang telah ia tentukan, kucing itu berjalan dengan melipat kuku-kukunya agar si penyihir tidak mendengarnya. Namun saying, saat berhasil melewati pintu, penyihir itu memergokinya.

Meskipun kaget, kucing itu tetap berusaha kabar dengan lari sekuat tenaga sambil menghindari mantra-mantra yang dirapelkan kepadanya. Karena geram, penyihir pun mengucapkan sebuah kutukan, yaitu dia akan mencari dan memakan anak-anak kucing itu. Kutukan itu membuat si kucing sangat bersedih hati. Dia selalu memikirkan cara menyelamatkan anak-anaknya hingga tiba saatnya dia melahirkan.

Setelah melahirkan di tempat yang aman, si kucing tidak pernah meninggalkan ketiga anaknya untuk melindungi mereka. Si kucing rela menahan lapar dan tetap menyusui bayi-bayi itu. Sampai suatu hari ia melihat ada burung gagak bertengger di dekat tempat persembunyiannya dan melihat ke arah mereka. Induk kucing pun ketakutan karena ia tahu siapa pun bisa menjadi mata-mata si penyihir. Maka, setelah burung gagak itu pergi, induk kucing berniat untuk memindahkan anak-anaknya ke tempat lain. Tapi, dia tidak bisa menggendong mereka karena ia harus berjalan dengan empat kaki. Akhirnya dia hanya bisa memindahkan mereka satu per satu dengan cara menggigit kulit leher anak-anak kucing itu.

Induk kucing harus bolak – balik membawa mereka satu per satu namun itu dia lakukan tanpa mengeluh demi keselamatan anak-anaknya. Mereka pun bersembunyi di tempat yang baru yang lebih aman. Namun ternyata, di tempat baru itu dia melihat ada seekor ular yang melintas di depan persembunyiannya. Ular itu mengintip ke dalam persembunyian mereka, lalu pergi. Induk kucing panik. Segera ia memindahkan anak-anaknya ke tempat lain yang lebih aman.
Usaha memindahkan anak-anak kucing ini terjadi hingga sembilan kali telah Sembilan kali pula tempat persembunyiannya diketahui oleh mata-mata penyihir. Dan di usaha ke Sembilan, anak-anaknya sudah cukup besar untuk bisa mengungkapkan rasa sakit di lehernya ketika dibawa oleh sang induk.

“Ibu, mengapa kau menyakiti kami berkali-kali?” Tanya anak-anak kucing itu.

Mendengarnya, induk kucing menangis sedih. Lalu ia berkata, “Maafkan ibu anak-anakku sayang, ibu tidak bermaksud menyakiti kalian, tapi hanya itulah cara terbaik yang ibu tahu untuk menjaga kalian. Maafkan ibu, andai saja ibu bisa melakukan yang lebih baik dari yang ibu bisa.”

Mendengar kata-kata sang ibu, anak-anak kucing itu meminta maaf. Selama ini mereka tidak tahu bahwa yang dilakukan ibunya itu, meski kadang membuat mereka merasa tidak nyaman, ternyata adalah untuk kebaikan mereka. Mereka bahkan sekarang menyadari betapa besar usaha yang harus dilakukan ibunya untuk memberikan kehidupan yang baik bagi mereka. Dan karena mereka sekarang sudah cukup besar untuk berjalan sendiri, mereka meminta ibunya untuk tidak repot-repot membawa mereka. Mereka dengan senang hati berjalan di samping induk kucing dan berpindah-pindah mencari tempat yang aman untuk hidup.

Dan itulah mengapa sekarang kau sering melihat induk kucing menggigit leher anaknya dan berpindah tempat hingga sembilan kali. Jangan pernah memberhentikan induk kucing itu dan memisahkan anak kucing darinya, karena sebenarnya, itulah tanda cinta terbesar induk kucing terhadap anak-anaknya.

***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.

No comments:

Post a Comment