Sunday, May 20, 2012
Lebah Murah Hati dan Ulat Rakus
Gambar: Getty Images
Di musim semi yang indah, saat-saat di mana padang rumput yang luas dipenuhi oleh bunga-bunga liar nan indah, gerombolan lebah madu akan keluar dari sarangnya untuk mengumpulkan madu bagi sang ratu lebah dan keluarga mereka. Musim semi adalah musim terbaik untuk menngambil bahan-bahan pembuatan madu yang tersimpan di setiap kelopak bunga, karena pada musim ini ribuan bunga bermekarang di sepanjang penglihatan lebah.
Namun sayang, musim semi kali ini bunga-bunga tidak bermekaran sebanyak dulu. Hal ini terjadi karena pada awal musim semu, gerombolan ulat datang menjajah padang rumput dan memakan dedaunan hingga habis. Rumput-tumput bunga yang daunnya habis akhirnya tak bisa berbunga pada musim semi kali ini. Para lebah madu pun dengan sedih melintasi padang rumput yang gundul yang dipenuhi oleh ulat-ulat gemuk yang kekenyangan. Lebah-lebah itu kembali ke sarang tanpa membawa hasil dan disambut oleh keluarga dan taru yang juga sedih karena hal itu berarti mereka akan kelaparan untuk waktu yang cukup lama.
Tak mau melihat rakyatnya kelaparan, ratu lebah pun keluar dari sarang dan menemui peri hutan. Peri hutan yang baik menyambutnya dengan penuh rasa penasaran.
“Ada apakah gerangan yang mulia ratu lebah? Kau tak pernah keluar dari sarangmu, pasti ada hal penting yang membuatmu sampai harus terbang keluar dari istanamu.” Tanya peri hutan penasaran.
“Rakyatku kelaparan karena ulat-ulat rakus di padang rumput telah menghabiskan seluruh tanaman bunga. Kalau sampai akhir musim semi ini tak ada bunga yang bisa tumbuh, maka kebanyakan dari kami bisa mati kelaparan. Dan aku datang ke sini untuk meminta bantuanmu. Bisakah kau melenyapkan gerombolan rakus itu?” Jelas ratu lebah.
“Tapi sebagai peri hutan, aku harus menjaga keseimbangan hidup penghuni hutan. Aku tak bisa memusnahkan mereka. Tapi jangan khawatir, aku akan memikirkan cara agar ulat-ulat rakus itu tak lagi menghabiskan tanaman bunga sendirian. Akan kubuat mereka bisa berbagi dengan para lebah.” Jawab peri hutan.
Ratu lebah cukup senang mendengar jawaban peri hutan, karena para lebah juga tidak keberatan berbagi dengan makhluk lain. Akhirnya ratu lebah pulang dan menunggu keajaiban yang akan dikerjakan oleh peri hutan.
Beberapa hari berlalu. Ratu lebah menyuruh utusannya untuk melihat apa yang terjadi di padang rumput. Betapa kagetnya waktu beberapa ekor lebah utusan itu melintasi padang rumput yang dipenuhi oleh kepompong. Mereka pun segera menuju istana dan melaporkan kepada ratu lebah bahwa ulat-ulat rakus sedang mendapat hukuman dari peri hutan. Ulat-ulat itu dibalut dengan benang-benang putih yang sangat lembuh yang dijalin oleh peri-peri hutan.
Selama para ulat itu di dalam kepompong, rumput-rumput bunga mulai bisa menumbuhkan daun-daunnya lagi tanpa ada yang menggigiti. Mereka terus tumbuh dengan subur selama pertengahan musim semi dan akhirnya semuanya berbunga bersamaan mendekati akhir musim semi. Para lebah sangat gembira melihatnya. Mereka pun dengan gembira keluar dari sarang-sarangnya untuk memanen.
Di padang rumput itu, ketika para lebah sedang mengambil sari-sari bunga, kepompong-kepompong putih di bawah dedaunan terbuka. Para lebah yang melihatnya menjadi bersedih karena mengira mereka akan melihat ulat-ulat rakus lagi yang akan segera melahap tanaman-tanaman bunga di padang itu. Namun, yang mereka lihat justru sebuah keajaiban. Bukannya ulat gendut, makhluk-makluk cantik dengan sayap yang berwarna-warni keluar dari kepompong itu dan ikut terbang di atas padang rumput yang berbunga. Para lebah terpesona akan keindahannya, hal itu membuat hati mereka senang.
Selama menjalani hukuman di dalam kepompong, para ulat itu telah berjanji kepada peri hutan untuk bersikap baik dan mau berbagi dengan para lebah. Karena itu, dengan sopan makhluk-makhluk cantik itu bertanya kepada para lebah dengan sangat sopan, “Bolehkan kami meminta sebagian dari sari-sari bunga ini?”
“Tentu saja, kita bisa saling berbagi. Alam ini kan milik kita bersama.” Jawab para lebah.
Di akhir musim semi itu, padang rumput penuh bunga pun dipenuhi oleh dua gerombolan makhluk yang terbang bersamaan, mengunjungi setiap kelopak bunga. Mereka hidup bersama, damai, dan dengan senang hati mau berbagi.
***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kumpulan cerpen mu kalo di bikin buku asik tuh dam.
ReplyDeleteNiatnya gitu sih di, semoga terlaksana amiin :)
Deletethx udah mampir :D