Gambar: Getty Images
Di pinggir hutan, hiduplah sekelompok penebang kayu yang rakus. Mereka ingin mendapatkan banyak keuntungan dan menebang segala pohon yang ada di hadapannya tanpa peduli akan merusak rumah burung-burung dan makhluk-makhluk lain di pepohonan. Mereka bahkan tidak tahu bawa para liliput hutan hidup di dalam kulit kayu dan bahwa mereka sudah membunuh banyak liliput karena asal menebang pohon.
Para liliput yang bersedih hati untuk teman-teman dan keluarga mereka yang meninggal karena rumahnya dihancurkan, akhirnya menggelar sebuah ritual. Malam-malam, bersama-sama mereka menculik salah satu penebang kayu dan mengelilinginya sembari menarikan gerakan-gerakan sakral lengkap dengan mantra-mantra. Si penebang kayu pun dengan ajaib menyusut ukutannya dan menjadi bagian dari keluarga liliput itu.
Si penebang kayu itu kebingungan namun tidak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya dia hanya bisa pasrah dan menjalani hidup bersama keluarga besar liliput di dalam kulit kayu. Suatu ketika, di tengah tidur mereka, para liliput merasakan goncangan keras dan suara bising dari mesin gergaji kayu. Sekelompok penebang kayu rakus yang juga teman dari si penebang kayu itu menebang kayu tempat dia hidup bersama para liliput. Si penebang kayu segera keluar dari balik kulit kayu dan berteriak-teriak minta tolong kepada teman-temannya, agar mereka tidak menebang pohon itu. Namun tak ada satu orang pun dari mereka yang dapat mendengarnya.
Akhirnya pohon itu tetap rubuh dan rumah bagi keluarga besar liliput di pohon itu hancur. Hampir setengah dari liliput, terutama anak-anak liliput tidak bisa menyelamatkan diri. Para ibu liliput menangis histeris mengetahui anaknya tak bernyawa lagi. Si penebang kayu sangat sedih melihat pemandangan itu. Dia merasa bersalah dan menyesali perbuatannya selama ini. Dia tidak menyangka, tiap kali dia menebang pohon sembarangan, dia dapat melukai bahkan membunuh berbagai makhluk yang hidupnya bergantung pada pohon itu.
Untuk menebus kesalahannya, si penebang kayu mengajukan ide kepada seluruh keluarga besar lilipun yang hidup di pepohonan lain. Dia mengajak semua liliput di hutan bekerja sama menghentikan para penebang rakus. Jika dengan bersama-sama para liliput itu pernah bisa menculiknya, kali ini mereka pasti bisa menghentikan para penebang rakus itu. Para liliput pun setuju karena mereka sudah muak rumah mereka dihancurkan.
Esok harinya, saat para penebang memasuki hutan untuk menebang pohon lagi, semua liliput keluar dari dalam pepohonan. Sebelumnya mereka telah mengangkut batu-batu yang cukup besar ke dahan-dahan pohon. Saat para penebang datang dan menyalakan mesin gergaji, mereka menjatuhkan semua batu secara bersamaan. Batu-batu itu meluncur dari atas pepohonan seperti sebuah hujan batu, melukai para penebang rakus dan merusak mesin gergaji. Para penebang pohon pun berlarian ke luar hutan.
Hari itu dengan kerjasama yang baik, mereka sukses menyelamatkan rumah mereka. Ata side yang diusulkannya, si penebang kayu akhirnya dimaafkan oleh para liliput. Mereka setuju untuk mengubah si penebang kayu ke ukuran semula asalkan si penebang kayu mau melindungi pepohonan tempat tinggal para liliput. Si penebang kayu pun segera mengiyakan dan berjanji kepada mereka.
Para liliput kembali menggelar ritual sakral. Mereka menari-nari mengelilingi si penebang kayu dan mengucapkan mantra-mantra. Si penebang kayu makin lama makin membesar dan kembali ke ukuran semula. Sebelum pergi dari hutan, dia mengucapkan terimakasih kepada para liliput. Si penebang kayu pun kembali ke pondoknya di pinggir hutan dan menemui teman-temannya. Dia berniat untuk menceritakan pengalaman ajaibnya ini dan meminta teman-temannya untuk tidak merusak pepohonan rumah para liliput. Sejak saat itu, si penebang kayu itu justru menjadi si penjaga hutan.
***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.
No comments:
Post a Comment