Thursday, May 10, 2012
Elvie dan Kurcaci Tua
Gambar: Getty Images
Ini adalah cerita Elvie yang membututi seorang kurcaci tua ke dunianya. Elvie adalah gadis kecil yang kurus karena tak pernah mau menghabiskan makanannya. Meskipun diiming-imingi hadiah oleh orang tuanya setiap dia berhasil menghabiskan makanannya, terutama sayur-sayuran, Elvie tetap tidak suka makan.
Suatu malam, seperti biasa Elvie makan malam bersama orang tuanya dan dia hanya memakan beberapa suap dari makanannya. Elvie menyisakan begitu banyak makanan di piringnya dan tidak mau menghabiskannya. Elvie pun hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya sambil menyangga dagu karena bosan. Saat sedang bosan dengan makanannya, tak sengaja Elvie melihat sesosok makhluk kecil tua mengintip di jendela. Makhluk berjenggot itu menempelkan muka di kaca jendela dengan mimic sedih, sangat sedih.
Makhluk itu menatap Elvie dengan tatapan sedih sampai orang tua Elvie membereskan meja dan piring Elvie yang masih terisi. Jam makan malam telah usai, dan si makhluk tua itu pun berbalik badan sambil menunduk sedih dan berjalan menjauh.
Malam-malam berikutnya, hal itu terjadi lagi. Tatapan sedih makhluk itu akhirnya membuat Elvie gusar dan setelah jam makan selesai, Elvie memutuskan untuk mencari tahu tentang makhluk itu. Elvie membututinya. Makhluk itu terus berjalan dan tanpa sadar Elvie telah membututi makhluk itu sampai ke dunia ajaib, tempat makhluk itu tinggal. Makhluk tua yang sebenarnya adalah kurcaci itu masuk ke dalam pondok kecil. Kini, giliran Elvie yang mengintip di jendela rumahnya.
Di dalam rumah itu, terdapat tiga sosok kurcaci. Si kurcaci tua, istrinya, dan anak mereka. Begitu memasuki rumah, istri kurcaci menghampiri si kurcaci tua, melepas mantel kumalnya dan bertanya apakah dia membawa pulang makanan malam ini. Kurcaci itu menggeleng dan menatap keluarganya dengan sedih.
“Elvie tidak menghabiskan makanannya lagi malam ini. Mungkin aku kurang bekerja keras di kebun untuk menghasilkan makanan yang ia sukai.” Jawab si kurcaci tua. Elvie bingung mendengarnya. Dia ingin mendengarkan percakapan lain, tapi keluarga kurcaci itu memilih untuk tidur daripada terbangun dengan rasa kelaparan.
Malam berikutnya, Elvie tidak menghabiskan makanannya lagi. Kali ini, dia tidak memainkan makanannya, tapi justru membawa piringnya ke luar rumah. Dia menemui si kurcaci tua yang lagi-lagi mengintipnya.
“Pak tua, ini bawa pulang makanan ini untuk keluargamu. Aku tidak memakannya.” Kata Elvie. Namun, kurcaci tua justru menggeleng.
“Elvie, makanan kami berbeda dengan makananmu. Kami bekerja keras menghasilkan makanan yang lezat untukmu agar kami mendapat imbalan berupa makanan kurcaci yang lezat bagi kami. Tapi, makanan kurcaci baru bisa kami dapatkan kalau anak-anak manusia yang menjadi tanggung jawab kami menghabiskan makanannya.” Jelas kurcaci tua. Elvie mendengarkan dengan baik.
“Aku bertugas untuk menghasilkan makanan untukmu, tapi kau tak pernah menghabiskan makananmu. Akibatnya aku dan keluargaku tidak pernah mendapatkan makanan kurcaci yang cukup. Kalau kau mau membantu kami Elvie, tolong habiskan makananmu. Aku telah bekerja keras untuk menghasilkan makanan lezat untukmu. Bisakah kau melakukannya untukku?” Tanya kurcaci tua dengan nada memohon.
Mendengar penjelasan kurcaci tua itu, kini Elvie mengerti bahwa setiap kali dia tidak menghabiskan makanannya, dia akan membuat kurcaci yang telah menyediakan makanan lezat untuknya menjadi bersedih. Elvie pun segera masuk ke dalam rumah dan melanjutkan makannya hingga habis tak bersisa. Orang tuanya heran namun juga senang melihat Elvie makan dengan lahap.
Kurcaci tua yang tetap mengintip di jendela kini mengintip dengan wajah gembira, dia tersenyum bangga kepada Elvie. Saat suapan terakhir telah ditelan oleh Elvie, secar ajaib, pundi-pundi milik kurcaci tua itu menjadi berat karena telah terisi makanan kurcaci yang cukup banyak. Melihatnya, Elvie tersenyum puas. Kurcaci tua membalasnya dengan tatapan penuh terimakasih. Dia pun pulang ke pondoknya dan disambut dengan gembira oleh istri dan anaknya yang kelaparan.
Sejak saat itu, Elvie selalu bersyukur atas makanan lezat yang telah disiapkan untuknya, dan selalu menghabiskan makanannya.
***
Dongeng ini adalah karya asli Damar Wijayanti yang bisa digunakan atau disebarkan dengan mencantumkan nama penulis dan link blog ini. Terima kasih karena telah menghargai karya dan hak cipta penulis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wow Damar cerita kamu bagus-bagus banget deh, you should check out nulisbuku.com kalau memang cerita2mu ini belum pernah di publish jadi buku ;)
ReplyDeletemakasih mbak :)
Deleteiya niatnya memang nanti kalau udah ngumpul 31 dongeng pengen diterbitin via nulis buku :)